400 Mumi Orang Eropa Berusia 4000 Tahun Ditemukan di Gurun Pasir China
Sebelum orang Mesir kuno melakukan praktek mumifikasi, ternyata budaya kuno dari Asia, Eropa, dan Amerika selatan juga melakukan mumifikasi pada mayat.
Bahkan mumi yang dibuat secara sengaja dengan usia tertua di dunia telah ditemukan di Camrones Lembah Chile. Mumi tersebut diperkirakan dibuat sekitar tahun 5050 SM, selang beberapa tahun sebelum mumi Mesir pertama ditemukan.
Beberapa mumi yang ditemukan memang sengaja diciptakan, namun ada diantaranya yang tercipta secara alami karena kondisi alam, salah satunya disebabkan karena kondisi alam yang sangat kering dan dikombinasikan dengan suhu panas atau dingin yang terlalu ekstrim, serta kondisi anaerob dengan tingkat oksigen yang rendah sehingga mencegah dekomposisi mayat, seperti sejumlah mumi alami yang telah ditemukan di beberapa wilayah di belahan dunia.
Di Benua Asia, banyak ditemukan mumi yang tercipta secara alami karena kondisi alam, seperti mumi yang ditemukan di China. Saat ditemukan, mumi atau mayat yang berasal dari dinasti prasejarah China masih berada dalam kondisi utuh.
Namun ada penemuan mumi yang hingga kini masih menyisakan tanda tanya dan pertanyaan yang belum bisa di jawab. Yaitu mengenai mumi orang Eropa yang ditemukan di China. Para ahli bertanya-tanya, entah bagaimana caranya orang Eropa yang jaraknya ratusan mil dari China justru lebih memilih tempat peristirahatan terakhir mereka di padang pasir Taklamakan Xinjiang, di China bagian barat.
Di padang pasir ini, di sebuah tempat yang disebut sebagai Basin Tarim, telah ditemukan sisa-sisa mayat yang diawetkan oleh alam. Mayat-mayat ini telah menjadi mumi alami dan diyakini sebagai mayat orang Eropa yang berhasil mendarat di China.
Salah satu mumi yang sangat terkenal ditemukan di Gurun Taklamakan dan dikenal sebagai Cherchen Man. Mumi ini begitu fenomenal di kalangan para arkeolog dan sejarawan karena ditemukan dalam kondisi yang masih utuh setelah meninggal sekitar 3000 tahun yang lalu.
Menurut para ahli, mumi ini sangat istimewa dengan tulang pipi yang tinggi dan hidung panjang (mancung), serta rambut dan janggut berwarna kemerahan. Mumi ini diperkirakan memiliki tinggi badan sekitar 6 kaki (183 cm). Ketika ditemukan, mumi ini mengenakan twill unik (semacam sweeter), tartan merah lengging (mantel) dan baju tenun khas zaman perunggu Celtic.
Mumi Cherchen Man ditemukan bersama 3 mumi wanita dan seorang bayi, yang semuanya masih dalam kondisi utuh dan termumifikasi oleh alam, bahkan jauh lebih baik serta melampaui apa yang biasanya terlihat pada mumi Mesir yang lebih terkenal.
Salah satu mumi perempuan yang ditemukan dengan Cherchen Man memiliki rambut coklat muda yang indah, tersisir rapi dan dikepang. Mumi ini sangat mengherankan, karena rambutnya masih berkilau meskipun sudah ribuan tahun meninggal.
Hal aneh lainnya adalah kondisi semua mayat atau mumi ditemukan dalam posisi teratur dan berpakaian rapi. Mayat atau mumi bayi ditemukan dalam keadaan terbungkus kain cokelat berkualitas tinggi, diikat dengan tali merah dan biru. Pada masing-masing mata bayi terkesan dengan sengaja diletakkan batu berwarna biru dan sebuah botol susu bayi yang diletakkan disamping bayi. Semua itu menunjukkan semacam ritual atau prosesi adat sebelum kematian.
Selain pakaian yang digunakan, ada ciri-ciri fisik lainnya yang menunjukkan bahwa mumi tersebut merupakan mayat orang Eropa, salah satunya pada situs pemakaman Cherchen Man ditemukan juga sekitar 200 mumi yang tampaknya berasal dari suku adat yang sama, yang juga dari daratan Eropa.
Hal tersebut berdasarkan temuan struktur batu Celtic yang dikelilingi oleh patung batu. Bagi para arkeolog, penemuan ini merupakan temuan yang unik dan signifikan, dimana ratusan mumi manusia Eropa yang berasal dari zaman perunggu Celtic ditemukan di gurun China.
Berdasarkan catatan sejarah, sekitar tahun 300 SM bangsa Celtic telah mencapai puncak peradabannya. Mereka telah memiliki pemukiman utama di Perancis dan kepulauan Inggris Raya dengan pengaruh yang cukup luas hingga ke Turki, meskipun tidak sejauh seperti daratan China.
Di wilayah lain, tepatnya di daerah cekungan Tarim, di dekat Kota Loula yang dikenal sebagai Loulan Beauty juga telah ditemukan sebuah mumi seorang wanita berusia 4000 Tahun. Para ahli memprediksi, bahwa mumi wanita tersebut berusia 45 tahun ketika meninggal dan memiliki fitur orang Eropa serta mempunyai postur tubuh yang tinggi besar. Rambut dari mumi tersebut terurai panjang dan tampak seperti baru disisir kemarin. Mayat wanita itu terkubur bersamaan dengan sisir, bulu dan sejumlah makanan yang diduga untuk kehidupan berikutnya (alam nirwana).
Di kota Loulan juga telah ditemukan beberapa mumi serupa dan mumi seorang anak dengan fitur orang Eropa yang diyakini berusia 8 tahun pada saat kematiannya. Mumi tersebut terbungkus kain wol indah bermotif Celtic.
Menurut para ahli, mumi Kaukasia lain yang ditemukan di China dan dianggap sebagai salah satu mumi terbaik yang tercipta secara alami oleh alam adalah Yingpan Man. Mumi ini berusia sekitar 2000 tahun serta memiliki rambut pirang, kumis dicat, dan berjenggot. Wajah dari mumi ini tertutup oleh topeng kematian yang terbuat dari rami dilapisi foil emas. Masker kematian tersebut merupakan tradisi Yunani kuno, dan salah satu petunjuk pada mumi keturunan Yunani. Mumi Yunani ini memiliki postur tubuh yang tinggi besar, sekitar 6 kaki 6 inci (185 cm).
Bagi para sejarawan, hal ini merupakan sebuah misteri tentang bagaimana seorang pria Yunani berhasil mendarat ke dataran China, yang diperkirakan jauh sebelum orang Yunani datang ke negeri ini. sampai saat ini, masih belum diketahui apa yang membawa pria ini datang ke gurun pasir di China.
Wilayah Tarim Basin memang sangat ideal untuk terjadinya mumifikasi mayat secara alami , hal tersebut dikarenakan kondisi tempatnya yang sangat kering dengan kandungan tanah alkalin.
Di wilayah ini telah ditemukan sekitar 400 mayat keturunan Eropa dari kurun waktu selama 25 tahun terakhir, yang kini menjadi mumi secara alami. Berdasarkan tes DNA ekstensif yang diambil dari sejumlah mumi menunjukkan, bahwa mereka memang orang-orang keturunan Eropa asli, mereka berasal dari berbagai negara pelestarian, diantaranya berasal dari Celtic dan Yunani kuno.
Meskipun demikian, semua itu tetap menjadi misteri yang belum bisa dipecahkan secara pasti. Bagaimana orang-orang Eropa tersebut sampai pergi ke jauh ke gurun China, berapa lama mereka menghuni wilayah ini, untuk apa dan mengapa mereka berada di wilayah ini?
Bagi para peneliti, penemuan beberapa mumi di China merupakan temuan arkeologi paling penting di abad ini dan sebuah tantangan untuk ilmu pengetahuan mengenai misteri awal sejarah Eropa dan China di masa lalu.
Studi tentang orang-orang zaman perunggu yang mempelajari tentang sisa-sisa dan peninggalan mereka selama ini sudah sering dilakukan, seperti tentang alat yang mereka gunakan, pakaian yang mereka kenakan, adat penguburan mereka, bahkan karakteristik fisik mereka. Namun temuan mumi di China dianggap sebagai misteri tersendiri dan menjadi perdebatan para ahli serta memunculkan berbagai macam teori baru.
Profesor Victor Mair dari Pennsylvania University, mengatakan, “bahwa orang Eropa awal telah tersebar ke belahan dunia yang berbeda. Ia percaya bahwa orang-orang ini melakukan perjalanan ke barat untuk menjadi bangsa Celtic di Inggris dan Irlandia, sedangkan yang lain pergi ke utara untuk menjadi suku-suku Jermanik, yang lainnya berangkat ke sebelah timur dan akhirnya sampai ke wilayah Xinjiang. Pemukiman manusia Eropa kuno di Xinjiang ini diyakini mewakili beberapa manusia paling awal di cekungan Tarim, dan Mair yang telah ada sejak 1800 SM, mumi paling awal dari bangsa Caucausoid atau Europoid yang ditemukan secara eksklusif di tempat ini.”
Penemuan beberapa mumi ini telah menyebabkan pro kontra dan perdebatan mengenai asal usul mereka. Bahkan telah memunculkan sejumlah pendapat, bahwa orang Eropa kemungkinan telah berada di wilayah Xinjiang China, jauh sebelum orang Asia timur tiba. Diyakini secara historis, bahwa ribuan tahun silam China telah melakukan kontak pertama dengan dunia barat (Eropa).
Penemuan sejumlah mumi di wilayah Xinjiang ini membuat pemerintah China melakukan penjagaan secara khusus terhadap penelitian mumi dibawah kontrol yang cukup ketat.
Hingga saat ini, beberapa pertanyaan dan tanda tanya masih ada di pikiran para peneliti. Siapakah orang-orang Eropa kuno tersebut? Mengapa dan untuk apa mereka datang ke gurun pasir Taklamakan? Berapa lama mereka menghuni wilayah ini? Kenapa mereka datang ke China dan menjadikannya sebagai tempat peristirahtan terkahir? Untuk saat ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut belum bisa di jawab dan tidak ada yang tahu secara pasti.
Dalam bahasa lokal masyarakat Uighur Xinjiang China, kata “Taklamakan” memiliki arti “anda akan datang dan tidak pernah keluar.” Hal tersebut benar-benar terbukti, sama seperti kisah orang-orang Eropa yang datang ke gurun pasir Taklamakan, mereka tidak bisa kembali ke dunia barat bahkan meninggal di tempat tersebut dan menjadi mayat serta mumi seperti sekarang ini.
Tidak ada komentar