Bahtera Nabi Nuh Ditemukan, Berasal Dari Jawa Terbuat Dari Kayu Jati
Sebuah benda aneh yang mirip kapal atau bahtera telah ditemukan di atas Gunung Ararat, Turki, pada ketinggian 14.000 kaki, sekitar 4.600 meter.
Situs yang mirip kapal ini pertama kali ditemukan oleh Angkatan Udara Amerikat Serikat pada tahun 1949. Saat itu pesawat Tentara Nasional Turki secara tidak sengaja telah menangkap objek gambar (benda) yang mirip dengan sebuah kapal.
Penelitian awal terhadap situs kapal Nabi Nuh as pertama kali dilakukan oleh tim antropology yang dipimpin oleh Prof. Ron Wyatt di Turki sejak tahun 1977.
Ketika dilakukan penelitian lebih lanjut, ternyata panjang kapal ini sekitar 150 meter. Sejak saat itu berbagai spekulasi telah dilontarkan, salah satunya adalah sebuah dugaan yang menyatakan bahwa temuan tersebut kemungkinan merupakan bahtera atau kapal Nabi Nuh as.
Melalui seri pemotretan oleh penerbang Amerika Serikat, Ikonos, pada tahun 1999-2000 telah menghasilkan suatu spekulasi, bahwa temuan di Gunung Ararat yang tertutup salju merupakan bukti kuat tentang adanya situs kapal Nabi Nuh as.
Dari hasil penelitian gabungan yang dilakukan oleh arkeolog antropology dari 2 negara (China dan Turki) yang beranggotakan 15 orang telah menemukan sebuah bukti baru. Mereka berhasil mengumpulkan sejumlah artefak dan beberapa fosil berupa serpihan kayu kapal, tambang dan paku.
Bahkan para peneliti dari Rusia telah menemukan 500 artefak yang diduga merupakan sebuah baterai elektrik purba. Baterai purba ini kemungkinan digunakan untuk membuat logam. Penemuan tersebut juga memunculkan spekulasi dan dugaan, bahwa di masa lalu, tepatnya pada zaman Nabi Nuh as kemungkinan telah mengenal sifat-sifat kelistrikan.
Para peneliti juga menemukan molekul baja yang diperkirakan berjenis ‘kapal’ berusia sekitar 100.000 tahun. Menurut para peneliti, molekul baja tersebut dibuat oleh tangan-tangan manusia.
Setelah dilakukan studi penelitian dan serangkaian uji materi, ternyata fosil kayu yang ditemukan di situs Gunung Ararat merupakan salah satu jenis tanaman purba. Uji materi yang dilakukan telah menunjukan sebuah bukti, bahwa fosil kayu Kapal Nabi Nuh as kemungkinan berasal dari kayu jati yang hanya ada di Pulau Jawa.
Hasil studi tersebut sangat mengejutkan, dikarenakan mereka telah meneliti ratusan sample kayu purba dari berbagai negara. Para ahli telah memastikan, bahwa fosil kayu jati yang berasal dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah 100% cocok dengan sample fosil kayu kapal Nabi Nuh as.
Yeung Wing, pembuat film documenter The Noah’s Ark, mengatakan, “saya meyakini 99%, bahwa situs kapal di Gunung Ararat, Turki, adalah fosil kapal Nabi Nuh as yang ribuan tahun lalu terdampar di puncak gunung itu, setelah banjir besar menenggelamkan dunia dalam peristiwa mencairnya gletser di kedua kutub bumi.”
Dr. Mehmet Salih Bayraktutan Phd, mengatakan, “Perahu ini adalah sruktur yang dibuat oleh tangan manusia. Lokasinya di Gunung Judi (Ararat) yang disebut dalam Al-Quran, surat Hud ayat 44. Sedangkan dalam Injil, perahu itu terdampar di atas Gunung Ararat (Genesis 8 : 4).”
“Kapal ini dibuat di puncak gunung oleh Nabi Nuh as, sekitar tahun 2465 SM tak jauh dari desanya. Lalu berlayar entah kemana saat dunia ditenggelamkan oleh banjir yang sangat besar dan hujan yang terjadi selama berhari-hari, sehingga menciptakan sebuah malapetaka dan menutup sebagian permukaan bumi dengan air. Peristiwa tersebut terjadi sekitar tahun 2345 SM. Berbulan-bulan kemudian, kapal Nabi Nuh as merapat kesebuah daratan asing yang tidak dikenal. Ketika air sudah menjadi surut, maka tersibaklah bahwa mereka telah terdampar di puncak sebuah gunung. Fosil kayu kapal menunjukan berasal dari kayu jati, sementara kayu jati hanya tumbuh di Indonesia pada zaman purba hingga saat ini. Boleh jadi, bahwa Nabi Nuh as dan umatnya dahulu tinggal di Indonesia. Saat ini kita dapat menyaksikan dengan satelit, bahwa gugusan ribuan pulau itu (Indonesia) dahulu merupakan daratan yang sangat luas,” kata peneliti dari The Noah’s Ark.
Alkitab Injil menyebutkan, bahwa gambaran suasana terjadinya banjir terjadi pada tahun 1300 SM. Sekitar 25 tahun sebelum zaman Nabi Musa as atau 1.300 tahun sebelum kelahiran Nabi Isa as.
Menurut Dr. Whitcomb, bahtera atau kapal Nabi Nuh as berukuran sangat besar dan kokoh. Kapal ihi dapat mengangkut sekitar 3.700 mamalia, 8.600 jenis unggas, 6.300 reptil, 2.500 amfibi, dan sisanya adalah para pengikut Nabi Nuh as. Seluruh muatan kapal diprediksi seberat 24.300 ton.
Berdasarkan keterangan yang di dapat dari Alkitab, panjang kapal Nabi Nuh as diprediksi sekitar 515 kaki atau 300 hasta mesir. Kapal ini berteknologi tinggi, perpaduan antara logam (alumunium, titanium) dan kayu sebagai alat kelengkapan.
Dr. Bill Shea, seorang antropology, bahkan telah menemukan pecahan keramik kuno pada jarak 2 meter dan sejumlah pecahan-pecahan tembikar, sekitar 18 meter dari situs kapal Nabi Nuh as. Beberapa tembikar ini memiliki ukir-ukiran unik berbentuk burung, ikan dan manusia yang sedang memegang palu dengan memakai hiasan kepala bertuliskan Nuh.
Sekitar 15 mil dari situs kapal, tepatnya di dekat tabut dan di desa Kazan para peneliti juga menemukan jangkar yang telah membatu.
Dr. Bill Shea, menjelaskan, “bahwa pada zaman kuno, barang-barang tersebut dibuat oleh sejumlah penduduk lokal di desa itu untuk dijual kepada para peziarah situs kapal. Sejak zaman kuno hingga saat ini, fosil kapal tersebut telah menjadi lokasi wisata.”
Pada tanggal 2 Mei 1988, telah terjadi suatu peristiwa gempa bumi di wilayah pegunungan Ararat yang tertutup salju. Peristiwa ini telah membuka sebuah tabir tersembunyi dan misteri kehidupan yang tersimpan selama kurang lebih 5000 tahun lamanya.
Setelah peristiwa gempa bumi tersebut, para ahli menemukan sebuah lubang batu besar dengan lubang pahatan yang diduga merupakan ‘parasut pesawat batu’ yang sering digunakan pada bagian belakang kapal untuk menstabilkan pergerakan kapal di laut. Parasut pesawat batu ini banyak digunakan pada teknologi perahu-perahu zaman kuno.
Di dalam kitab Bibel disebutkan, “bahwa kapal Nabi Nuh as terdampar setelah sekian lama terombang ambing ombak dan gelombang pasang di Gunung Ararat.”
“…. Hai Bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah, dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan, dan bahtera itu pun berlabuh di bukit Judi. Dan dikatakan, binasalah orang-orang dzalim.” (QS. Surat Hud ayat 44)
Dari hasil penelitian para ahli, ternyata Gunung Ararat yang sekarang telah berganti nama beberapa kali. Pernah bernama Gunung Guardian, dan juga bernama Armenia atau Gunung Judi.
Setelah melalui penelitian yang cukup panjang, dengan berdasarkan bukti-bukti dari catatan manuskrip kuno, catatan sejarah dan keterangan dari beberapa kitab suci, para ahli bersepakat bahwa gunung tempat terdamparnya kapal Nabi Nuh as adalah Gunung Ararat (Injil) atau Gunung Judi (Al-Quran), berbeda nama namun tempatnya itu-itu juga.
Tidak ada komentar