Breaking News

Reruntuhan Kerajaan Namrud Kaum Nabi Ibrahim as


Namrud atau Namruz bin Kan’an merupakan seorang raja Babilonia yang hidup sekitar tahun 2275 SM – 1943 SM dan memerintah hampir selama 60 tahun lebih. Nama lengkapnya adalah Namrud bin Kan’an bin Kush bin Ham bin Nuh (Nabi Nuh as). 

Raja Namrud juga digelari sebagai Dewa Bacchus atau Dewa Anggur dan Dewa Matahari yang digambarkan sebagai tiran perkasa dan salah satu keturunan ras raksasa yang hidup setelah banjir besar (zaman Nabi Nuh as).

Alkitab Injil menyebutkan, bahwa antara Nabi Nuh as dan Nabi Ibrahim as terdapat jurang 7 generasi , Namrud merupakan cicit Nabi Nuh as, sedangkan Nabi Ibrahim as merupakan generasi ke-10 setelah Nabi Nuh as. 

Dalam literatur sejarah, Babilonia adalah sebuah kerajaan di Mesopotamia kuno yang pernah menguasai sejumlah wilayah di sebagian besar kawasan Asia Barat dan Timur tengah. Ibukota  kerajaan ini terletak di Babilonia, tepatnya di dekat tebing sungai Efratt, Irak. 

Di zamannya, rakyat Babilonia dikenal sebagai sekelompok masyarakat yang telah memiliki suatu peradaban yang cukup tinggi. Kala itu kemajuan budaya mereka sangat sulit ditandingi oleh negeri-negeri lain. Hal itu berdasarkan sejumlah peninggalan berupa reruntuhan bangunan material yang begitu tinggi, seperti istana, kuil, pila-pilar, patung, dan artefak lainnya.

Salah satu peninggalan kerajaan Namrud dalam bidang Ilmu Pengetahuan adalah sistem sexagesimal yang telah membagi lingkaran ke 360 derajat. Selain itu, peradaban Namrud ini telah menetapkan bahwa 1 hari dibagi menjadi 24 jam, setiap jam ke 60 menit, dan 1 menit ke 60 detik.

Mereka juga berkeyakinan, bahwa hari dimulai pada waktu tengah malam dan bukannya pada waktu matahari terbenam seperti yang dipercaya oleh kaum sebelumnya. Peradaban Namrud juga dikenal mahir dalam perhitungan matematika, konstruksi bangunan, jembatan, kuil, istana, bendungan, dan kerajinan tangan.

Salah satu kontribusi mereka dalam sistem saluran irigasi terdapat di lembah tigris dan efrat. Namrud juga dikenal sebagai salah satu kaum yang pertama kali menggunakan batu-bata dari tanah liat yang dibakar sebagai bahan bangunan. Bahkan mereka merupakan arsitektur menara Babel, salah satu bangunan pencakar langit pertama di dunia.

Namun dibalik tingginya peradaban mereka, kaum ini dikenal begitu sombong dan congkak. Bahkan dari aspek rohaniyah,  kaum ini begitu jauh dari Tuhan. Mereka dikenal sebagai salah satu kaum yang tidak memiliki ahlak dan akidah yang benar, serta gemar mengejar hiburan duniawi dan pengumpul harta kekayaan. 

Selain dikenal sebagai penyembah berhala, mereka juga diketahui telah mempelajari Ilmu sihir, seperti falak, guna-guna, kemat-pelet, teluh, dan tenung (semacam santet) yang ditujukan untuk menakuti rakyat dan kejayaan peradaban mereka. Konon,  mereka mempelajari ilmu sihir dari 2 orang Malaikat bernama Harut dan Marut yang menjelma manjadi seorang manusia.  Bahkan kisah ini juga diabadikan di dalam salah satu ayat Al-Quran.

Sebuah riwayat menjelaskan, bahwa Raja Namrud merupakan seorang raja yng begitu otoriter dan memerintah dengan kejam (dzalim). Pada saat itu, kata-kata Raja Namrud ibarat sebuah perintah yang harus didengar dan dilaksanakan oleh rakyatnya. Jika menolak, melawan atau berontak, maka konsekuensinya adalah hukuman mati. Dalam kisah itu juga disebutkan, bahwa Raja Namrud seperti seorang Dewa yang harus disembah oleh rakyatnya.

Di masa itu, satu-satunya orang yang berani melawan Raja Namrud hanya seorang manusia biasa bernama Ibrahim yang merupakan rakyatnya sendiri. Ibrahim adalah seseorang yang dikenal begitu kritis dan berfikiran luas, dialah yang berani melawan kedazaliman dan menghancurkan kejahatan Raja Namrud.

Hingga akhirnya Ibrahim diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasull oleh Tuhan. Dialah manusia pertama yang diutus kedunia sebagai pembawa Agama Tauhid, dan dikenal oleh 3 Agama Samawi (Islam, Kristen, Yahudi) sebagai bapak Agama Monoteisme, sebuah keyakinan yang menyatakan bahwa Tuhan hanya satu, Tunggal (Allah swt).

Begitu banyak kisah yang menceritakan perjuangan Nabi Ibrahim as dalam melawan kekejaman Raja Namrud, mulai dari catatan manuskrip kuno, kitab-kitab kuno, hingga ayat-ayat dari sejumlah Kitab Suci, seperti Al-Quran, Injil, dan Taurat. Dalam perjuangannnya itu, Nabi Ibrahim as sering kali mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi, seperti penghinaan, pelecehan, disiksa, hingga percobaan pembunuhan.

Dalam Agama Islam, Nabi Ibrahim as adalah anak dari Azzar bin Sarush bin Ra’uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsan bin Sam bin Nuh as. Beliau merupakan seorang anak manusia yang mendapatkan kedudukan yang begitu mulia di kalangan umat Islam, Nasrani (Kristen), dan Yahudi. Beliau juga dikenal sebagai salah seorang dari Rasull Ulul Azmi. Bahkan, Nabi Muhammad saw, Nabi Ismail as, Nabi Ishaq as, Nabi Ya’qub as, hingga Nabi Yusuf as merupakan penerus ajaran dan syariatnya. 

Kisah lainnya menyebutkan, bahwa ayahanda Nabi Ibrahim as yang bernama Azzar merupakan salah satu orang kepercayaan Raja Namrud yang diketahui sebagai pembuat patung berhala kerajaaan.  Patung berhala hasil karya Azzar tersebut kemudian di letakkan di beberapa istana dan kuil yang kemudian disembah secara bersama-sama oleh Raja Namrud beserta rakyatnya. 

Meskipun demikaian, namun Nabi Ibrahim as tidak sefaham dan berbeda keyakinan dengan ayahnya, Raja Namrud, dan kebanyakan masyarakat pada waktu itu. Ia (Nabi Ibrahim as) menolak keyakinan bahwa berhala adalah Tuhan, bahkan secara sembunyi-sembunyi Nabi Ibrahim as seing menghancurkan patung berhala buatan ayahnya di sejumlah kuil Raja Namrud. 

Karena tindakan ini, maka Nabi Ibrahim as sering kali dihukum bahkan sempat beberapa kali akan di bunuh oleh Raja Namrud. Salah satu kisah yang begitu fenomenal dan melegenda adalah ketika Nabi Ibrahim as di bakar oleh Raja Namrud dikarenakan menghancurkan sejumlah patung berhala di kuil Raja Namrud. Namun api tidak mau menyakiti Nabi Ibrahim as, sehingga panasnya api hanya membuat Nabi Ibrahim as merasa kedinginan seperti diselimuti salju dan es di ke-2 kutub bumi. 

Salah satu peninggalan yang masih tersisa dari kerajaan Namrud adalah sebuah gunung  yang bernama Gunung Namrud, terletak sekitar 105 km dari Kota Adiyaman, dan 1220 km dari Istanbul Turki.

Gunung Namrud juga bisa ditemui di Abul Gharab, Irak, yang dijadikan sebagai salah satu tempat  untuk menyembah Dewa Nabu Anak Marduk oleh Raja Namrud beserta rakyatnya. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 2100 M, terletak di Banda Antitorus yang dimasa lalu termasuk kedalam wilayah Kerajaan Babilonia, Irak.

Peniggalan lainnya adalah sebuah kuil kuno dan istana Raja Namrud yang terletak di Mosul, sekitar 396 km dari Baghdadd, Irak. Ada sebagian pendapat yang mengatakan, bahwa kuil dan istana Raja Namrud ini telah dibangun kembali oleh kerajaan As Siryan, sekitar tahun 1883 – 1859 SM.

Selain itu, sebuah kota kuno yang bernama Sanli Urfa, diduga merupakan salah satu peninggalan Raja Namrud. Sanli Urfa ini terletak 1274 km di tenggara Istanbul, Turki.  Kota ini dibangun setelah terjadi banjir besar  yang melanda dunia pada masa Nabi Nuh as. 

Di kalangan masyarakat Turki, kota ini dikenal sebagai kota para Nabi, dikarenakan kota ini banyak berkaitan dengan sejarah para Nabi, seperti Nabi Ayyub as, Nabi Syu’aib, dan Nabi Ibrahim as. Salah satu peninggalan di Sanli Urfa yang dipercaya sebagai peninggalan Raja Namrud adalah singgasana Namrud yang terletak di puncak sebuah bukit.  

Sekitar tahun 1516 masehi, kawasan ini telah menjadi wilayah Kerajaan Islam Utsmaniyah. Namun pada tahun 1987, Organissi PBB untuk pendidikan Sains dan Kebudayaan (UNESCO) mengklaim kawasan ini sebagai salah satu warisan dunia.

Akhir dari kisah ini menceritakan, bahwa Raja Namrud akhirnya tewas dikarenakan gigitan seekor nyamuk. Seorang raja yang begitu disegani, kuat dan perkasa, pintar, manakutkan, namun  di penghujung hidupnya telah di kalahkan oleh seekor nyamuk. Mungkin hal ini merupakan sebuah sindiran dari Tuhan, bahwa di dunia ini tak ada yang sempurna, semuanya kecil, lemah dan yang maha sempurna itu hanya Tuhan.

Tidak ada komentar