Breaking News

Badai Neptunus Menuju Bumi


Pada akhir tahun 1980, Voyager 2 adalah pesawat ruang angkasa pertama yang digunakan untuk menangkap gambar badai raksasa di atmosfer Neptunus. Sebelumnya juga telah diketahui, tentang suasana di Neptunus dan bagaimana kondisi permukaannya.

Namun Hubble yang merupakan sebuah teleskop yang berada di orbit bumi, telah menatap jauh ke arah Planet Neptunus. Teleskop Hubble telah menatap tajam terhadap Neptunus selama beberapa tahun untuk mempelajari badai raksasa ini. 

Selama beberapa tahun terakhir ini, teleskop Hubble telah menyaksikan sebuah badai besar petering di Neptunus. Keberadaan badai besar tersebut seperti sebuah kematian dalam kegelapan. Hal itu berbeda dengan hasil studi yang selama ini pernah dilakukan. 

Ketika kita berpikir tentang badai di planet lainnya di sistem tata surya kita, kita secara otomatis akan memikirkan Jupiter. Jupiter merah besar yang tempatnya berada di sistem tata surya kita, dan telah berlangsung selama 200 tahun lebih. Tapi badai di Neptunus berbeda, dan terlihat lebih besar dan mengerikan.


Badai di Neptunus bergerak pada arah anti-cyclonic, dan jika itu di bumi maka akan seperti  SPAN dari Boston ke Portugal. Neptunus memiliki lebih banyak badai, suasana dan kondisinya menyerupai badai yang terjadi di bumi, namun lebih besar. Di Neptunus sering terjadi angin beraliran kencang yang membentuk sebuh badai berkecepatan 2400 km per jam. Badai gelap ini dinamai Great Dark Spot (GDS), ukurannya 13000 x 6600 km.

Hal ini memberikan kesempatan kepada para ilmuwan untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang suasana dan kondisi di Planet Neptunus tanpa mengirim pesawat ruang angkasa kesana.
Saat ini, ada beberapa pertanyaan yang dihadapi para ilmuwan, salah satunya adalah ‘badai besar ini terbuat dari apa? Menurut para pakar kimia, badai ini mengandung hydrogen sulfida (h2s). H2s adalah gas kimia beracun yang baunya seperti telur busuk, mudah terbakar, reflektif, tidak berwarna serta partikelnya tidak terlalu gelap dari partikel sekitarnya.

Para ilmuwan tidak memilliki cukup bukti bagaimana vortisitas dibentuk atau seberapa cepat partikel ini berputar. Menurut mereka, kemungkinan besar partikel ini muncul dari ketidakstabilan mata angin di arah timur dan barat.


Para ilmuwan juga telah memprediksi, tentang bagaimana badai Neptunus berperilaku berdasarkan aktivitas di masa lalu. Seandainya badai seperti di Neptunus menuju ke arah bumi, maka badai ini akan cenderung melayang ke arah Khatulistiwa, bukan menuju ke kutub utara atau kutub selatan. Harapannya adalah bahwa badai seperti ini tidak akan menuju ke khatulistiwa serta meledak dan terputus di atmosfer bumi. Jika badai ini menuju ke khatulistiwa, maka kemungkinan akan memecah dan mengakibatkan aktivitas semburan spektakuler di awan langit bumi. 

Ini bukan pertama kalinya teleskop Hubble mengawasi badai Neptunus, Space Telescope juga melihat badai di Neptunus pada tahun 1994 dan 1996. Teleskop ini telah mengumpulkan data dan gambar dari luar planet untuk membantu para ilmuwan dalam memahami evolusi dan atmosfer gas raksasa. Gambar dari Planet Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus juga telah di ambil dengan berbagai filter. Hal ini dilakukan untuk membentuk semacam selang waktu berbasis data dari aktivitas atmosfer gas di 4 planet tersebut.

Tidak ada komentar