Breaking News

Badai Saturnus Menyelimuti Area Planet Seluas Bumi


Sebuah badai di Saturnus diketahui dapat menyelimuti area planet seluas bumi dengan kegelapan. Badai ini disertai dengan petir dan angin kencang yang maha dahsyat, jauh lebih parah dari badai yang terjadi di bumi.

Jika badai di bumi dapat menyebabkan kerusakan pada kawasan yang di laluinya, maka badai yang terjadi di Saturnus lebih besar lagi. Seperti yang kita ketahui, badai di bumi mampu menyapu bersih seluruh kota beserta isinya dengan segala dampak dan kerusakan yang cukup parah. Bahkan efek yang ditimbulkan bisa memakan waktu sampai berhari-hari. 

Menurut para ahli, badai yang terjadi di Saturnus bisa sampai berbulan-bulan. Bahkan badai ini disertai dengan petir dan angin kencang maha dahsyat. Hal ini yang membuat para ahli penasaran dan ingin mencari tahu yang sebenarnya tentang badai yang terjadi di saturnus.


Para peneliti dari California Institute of Technoogy belum lama ini telah melakukan studi penelitian tentang Saturnus. Mereka begitu tertarik dengan badai yang terjadi di Saturnus. Menurut mereka, badai di Saturnus termasuk peristiwa langka, hal itu merupakan salah satu keajaiban yang terjadi di alam semesta, khususnya di antariksa, di dalam sistem tata surya.

Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan, para ahli menemukan beberapa bukti bahwa badai di Saturnus terbentuk akibat pemindahan gas panas dari udara di atmosfer Saturnus.  Pemindahan gas panas ini yang berperan besar dalam terciptanya badai. Sebuah badai yang disertai petir berkembang ketika udara hangat dan lembab timbul, kemudian mendinginkan atmosfer di bagian atas dengan udara yang sudah menjadi embun, lalu turun menjadi hujan.

Di bumi,  sekitar 16 juta badai petir terjadi setiap tahun. Sementara di Saturnus hanya sekitar enam badai yang telah diamati dan diteliti selama 140 tahun terakhir. Meskipun demikian, badai di Saturnus maha dahsyat, jauh lebih parah, lebih buruk dan lebih besar dari badai yang terjadi dumi. 

Salah satu anggota peneliti, Andrew Ingersoll berpendapat, “komposisi atmosfer Saturnus  kebanyakan hidrogen dan helium, hal ini yang membuat badai di Saturnus jarang terjadi. Dikarenakan udara yang hangat dan rintikan udara yang jatuh di anggap telah berpotensi memunculkan dan menimbulkan badai, namun beratnya udara dibanding elemen apapun yang berada di atmosfer Saturnus dinilai sebagai penghambat. Di Saturnus, molekul air padat hanya berdiam di atmosfer, memanaskan diri namun tetap tidak cukup untuk menciptakan molekul yang lebih ringan. Badai baru bisa terjadi  jika atmosfer bagian atas dingin terlebih dahulu. Atmosfer bagian atas sangat dingin dan besar, namun membutuhkan waktu 20 hingga 30 tahun untuk bisa dingin, sekaligus memicu terjadinya badai.”

Dari hasil studi ini, para peneliti telah berhasil mengungkap, bahwa hari-hari di planet bercincin “Saturnus” lebih singkat jika dibandingkan dengan hari-hari yang terjadi di bumi, serta telah diketahui bahwa Saturnus menyelesaikan satu rotasi penuh selama 10 jam, 32 menit, 45 detik.

Saat ini, sebuah penelitian terbaru tengah dilakukan oleh para ahli. Penelitian tersebut bertujuan untuk menentukan tingkat rotasi yang lebih mendetail dan akurat, mengukur seberapa banyak planet yang mengorbit di sekitar Saturnus, serta memantau seberapa banyak Atmosfer Saturnus menggelembung dan merata di sekitar Khatulistiwa pada saat berputar. 


Penelitian tersebut dipimpin oleh Ravit Helled dari Universitas Tel Aviv, dengan menggunakan metode pengukuran Medan gravitasi Saturnus yang dilakukan oleh Cassini, sebuah pesawat luar angkasa dibawah naungan NASA, ESA, dan Badan Antariksa Italia yang telah diluncurkan sejak tahun 1997.

Tidak ada komentar