Breaking News

Jasad Firaun dan Roda Keretanya Ditemukan di Laut Merah


Tempat tenggelamnya Firaun diperkirakan berada di Teluk Aqaba, Nuweiba, Laut Merah. Kedalaman perairan di sekitar lokasi penyebrangan kurang lebih 800 meter di sisi ke arah Mesir , 900 meter di sisi ke arah Arab, dan 1500 meter di sisi utara dan selatan. Lebar lintasan laut merah yang terbelah diperkirakan 900 meter, sementara jarak antara Nuweiba ke Arab sekitar 1800 meter.


Hingga saat ini para ahli telah banyak melakukan studi dan penelitian untuk mengidentifikasi siapakah Firaun yang sedang berkuasa saat peristiwa terbelahnya laut merah, tepatnya ketika terjadi pengejaran terhadap Nabi Musa as. dan Bani Israel dari tanah Mesir. 

Berdasarkan catatan dari manuskrip kuno, ada beberapa Firaun yang pernah berkuasa di Mesir, salah satunya adalah Firaun yang dimaksud dalam kitab suci 3 Agama Samawi. Firaun yang dimaksud adalah Ramesses II, Firaun tersebut yang melakukan pengejaran terhadap Nabi Musa as. dan Bani Israel, hingga tenggelam di dasar laut bersama pasukannya ketika terjadi peristiwa terbelahnya laut merah.


Berikut ini nama-nama Firaun yang pernah berkuasa di Mesir,
  • Ahmose (1550 SM – 1525 SM)
  • Thutmose (1506 SM – 1493 SM)
  • Thutmose II (1494 SM – 1479 SM)
  • Thutmose III (1479 SM – 1425 SM)
  • Amenhotep II (1425 SM – 1401 SM)
  • Amenhotep IV (1352 SM – 1336 SM)
  • Horemheb (1319 SM – 1292 SM)
  • Ramesses (1292 SM – 1290 SM)
  • Seti (1290 SM – 1279 SM)
  • Ramesses II (1279 SM – 1213 SM)
  • Merneptah (1213 SM – 1203 SM)
  • Amenmesse (1203 SM – 1199 SM)
  • Setnakhte (1190 SM – 1186 SM)
Dari daftar nama-nama Firaun tersebut, nama Ramesses II diduga merupakan Firaun yang berkuasa pada saat peristiwa terbelahnya laut merah. Firaun Ramesses II merupakan sosok Firaun terkuat yang pernah memimpin peradaban Mesir kuno. Selama 66 tahun berkuasa , Firaun Ramesses II dikenal sangat kejam dan otoriter terhadap rakyat Mesir. Di bawah kekuasaannya, Firaun telah berhasil menjadikan Mesir sebagai negeri yang ditakuti dan menjadikan Mesir sebagai pusat peradaban dunia pada saat itu. 


Saat ditemukan di dasar laut, kondisi jasad Firaun Ramesses II masih terlihat utuh. Namun berbeda dengan jasad pasukannya yang berjumlah ratusan hingga ribuan, beserta kuda perangnya yang telah menjadi tulang belulang ketika ditemukan di dasar laut merah. Hal itu terjadi setelah berabad-abad lamanya semenjak peristiwa terbelahnya laut merah.

Pada tahun 1898 M, purbakalawan loret menemukan jasad Firaun dalam bentuk mumi di Wadi Al-Muluk (lembah para raja) yang berada di wilayah Thaba, Luxor, di seberang sungai Nil, Mesir. Kemudian pada 8 Juli 1907, Elliot Smith membuka pembalut-pembalut mumi dan ternyata jasad Firaun Ramesses II masih dalam kondisi yang cukup baik serta terlihat utuh.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Maurice Bucaille asal Perancis menunjukkan, bahwa sisa-sisa garam yang melekat pada jasad mumi Firaun Ramesses II merupakan bukti bahwa kematiannya disebabkan karena tenggelam. Kemungkinan jasadnya segera dikeluarkan dari laut, kemudian dibalsemkan untuk dijadikan mumi agar awet.

Seorang Arkeolog, bernama Ron Wyatt mengatakan, “bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno di dasar laut merah.”


Para ahli meyakini, bahwa bangkai tersebut merupakan kereta tempur Firaun yang tenggelam di laut merah, ketika ia beserta pasukannya melakukan pengejaran terhadap Nabi Musa as. dan Bani Israel. Selain menemukan bangkai roda kereta tempur, mereka juga menemukan beberapa tulang belulang manusia dan tulang kuda di tempat yang sama.

Para arkeolog menduga, bahwa bangkai roda kereta tempur dan beberapa tulang belulang tersebut merupakan bagian dari kerangka pasukan Firaun beserta kuda perangnya yang tenggelam di dasar laut saat peristiwa terbelahnya laut merah. 

Dugaan itu diperkuat dengan hasil dari penelitian yang dilakukan di Stockhlom Universitas terhadap beberapa sisa tulang belulang yang berhasil ditemukan di dasar laut merah. Hasil studi itu menyatakan bahwa struktur dan kandungan beberapa tulang belulang tersebut telah berusia sekitar 3500 tahun. Menurut catatan sejarah yang berasal dari manuskrip kuno dan kitab suci 3 Agama Samawi, peristiwa terbelahnya laut merah terjadi pada kurun waktu yang sama, sekitar tahun 3500 SM.


Para arkeolog juga menemukan beberapa poros roda dari salah satu kereta kuda yang secara keseluruhan telah tertutup oleh batu karang, sehingga bentuk aslinya sulit terlihat dengan mata telanjang.
Saat ditemukan, kereta tempur Firaun terlihat di dasar laut merah dalam posisi berdiri dan tertutup karang, namun ketika didekati dan membongkar sedikit karang yang menutupinya, wujud dari kereta tempur Firaun beserta poros roda kereta kudanya dapat terlihat dengan jelas. 


Bahkan para arkeolog juga menemukan roda emas kereta Firaun yang kondisinya masih cukup baik, seperti terawat. Kereta tersebut persis seperti di lukisan Mesir kuno yang menceritakan tentang tapak kuda kereta firaun.


Setelah mendapatkan beberapa bukti dari hasil studi dan penelitian, serta beberapa penemuan yang didapatkan oleh para ahli, mungkin bisa disimpulkan bahwa kisah tentang terbelahnya laut merah dan tenggelamnya Firaun beserta pasukannya memang benar adanya.

Cerita tersebut benar-benar fakta dan pernah terjadi di kehidupan dunia, bukan hanya sekedar mitos atau dongeng semata. Hal itu sangat sesuai dengan keterangan yang di dapat dari beberapa catatan manuskrip kuno dan kitab suci 3 Agama Samawi yang menceritakan tentang kisah terjadinya peristiwa tersebut.

Tidak ada komentar